7 Penyebab Konten Kamu Enggak Laku

7 Penyebab Konten Kamu Enggak Laku

Hi Sobat Trakteer!

Kali ini kita akan membahas 7 hal yang mungkin jadi penyebab konten kamu belum laku. Yuk kita bahas, berikut adalah hal-hal yang harus kamu perhatikan sebagai konten kreator.

1. Tidak punya identitas

Dalam berkarya, identitas atau persona merupakan hal yang penting untuk dimiliki. Hal ini akan menjadi referensi audiens untuk menemukan kamu dan membedakan karyamu dari ribuan karya kreator lain. Jika karya kamu memiliki identitas yang kuat, potensi untuk menemukan pasar dari penikmat karyamu akan semakin besar. Sebisa mungkin berusahalah menjadi yang paling beda, karena untuk menjadi yang paling baik membutuhkan lebih banyak sumber daya, setidaknya bangunlah identitas untuk karyamu terlebih dahulu.

Identitas karya tidak hanya sekedar ditemukan di tengah perjalanan tapi sebaiknya direncanakan dan dititi sejak awal. Meskipun menjadi berbeda adalah sesuatu yang dapat dibangun, tapi pastikan untuk tetap menjadi diri sendiri. Laura Baker: “Don’t dare to be different, dare to be yourself — if that doesn’t make you different then something is wrong,”. Yang artinya: "Jangan jadi berbeda, jadilah dirimu sendiri — jika itu tidak membuatmu menjadi berbeda berarti ada yang salah".

2. Kualitas konten masih di bawah standar

Membuat karya dengan identitas yang kuat tapi tidak diikuti dengan kualitas yang baik akan berdampak pada perolehan hasil yang tidak maksimal. Luangkanlah waktu untuk belajar memperbaiki kualitas karyamu, belajar teknik atau metode baru, dilanjut dengan mengasah keterampilanmu secara perlahan. Investasi yang paling besar dalam proses berkarya adalah dengan berinvestasi pada diri sendiri, kamu bisa mulai dari hal-hal kecil seperti membeli buku, mengikuti pelatihan atau belajar dari teknik pembuatan karya kreator lain.

Ada baiknya untuk mempelajari lebih dalam hal-hal yang bersifat fundamental pada bidang karyamu, kemudian berinvestasi lebih besar dengan belajar teknik tingkat lanjut untuk membawa karyamu ke level yang lebih tinggi.

3. Tidak konsisten

Anggap sekarang kamu sudah menjadi kreator dengan identitas kuat dan memiliki karya dengan kualitas yang di atas standar, namun karena satu dan lain hal kamu tidak konsisten dalam menerbitkan karyamu. Apa kemungkinan terburuk yang bisa terjadi?

Yang pertama secara perlahan kamu akan ditinggalkan dan dilupakan oleh penikmat karyamu, kompetisi antar kreator sebidang terus berjalan sementara kamu tidak hadir di sana. Kita hidup dimana pencarian konten alternatif sangat mudah untuk dilakukan. Fakta ini didukung oleh algoritma Youtube atau SEO di mesin pencari Google, yang memprioritaskan kreator yang lebih aktif untuk lebih sering muncul ke permukaan.

Dan kemungkinan terburuk yang kedua adalah kualitas karyamu akan berhenti berkembang atau bahkan menurun karena jarang diasah.

4. Tidak berani mengambil resiko atau mencoba sesuatu yang baru

Konsistensi dalam berkarya bukan hanya berarti mengulang hal yang sama berulang-ulang lantas menunggu ada perubahan. Ada satu titik dalam tahap berproses yang harus kamu identifikasi dengan nalar maupun logika, untuk membuat satu perubahan demi mengembangkan potensi karyamu.

Pada satu malam saya pernah melakukan obrolan dengan seseorang yang sudah lebih dari 20 tahun bekerja sebagai tukang sate. Namun mohon maaf, satenya kurang sedap untuk disantap. Apa yang dikerjakan selama 20 tahun itu berbanding dengan kualitas karyanya? Belum tentu. Mungkin bisa banyak asumsi atau alasan kenapa saat itu santapannya kurang sedap. Tapi dari pengalaman tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa mengerjakan sesuatu secara konsisten saja tidak membuat karya kita lebih baik, kalau kita tidak tahu bahwa apa yang kita kerjakan selama ini sebenarnya salah.

Kita harus terus melakukan evaluasi apa yang salah, ketika merasa tidak ada perkembangan dari segi kualitas karya maupun dari jumlah penikmat karya kita. Sesekali ambillah resiko dengan mengerjakan karyamu dengan sesuatu yang berbeda dari biasanya, pelajari respon publik dan jadikan sebagai pelajaran. Betah dengan zona nyaman adalah musuh besar seorang kreator yang dapat membunuh kreatifitas.

5. Tidak memberikan value atau nilai

Karya yang biasa-biasa saja cenderung akan berlalu begitu saja. Berbeda dengan karya yang memiliki dampak, ia akan dibicarakan karena meninggalkan kesan kepada penikmatnya. Seorang kreator boleh jadi memiliki banyak follower atau penggemar, tapi tahukah dia berapa banyak dari penggemarnya yang benar-benar mencintai karyanya? Yang rela berkorban demi menikmati karyanya? Yang mau membeli tiket pertunjukkannya, membeli karya orisinilnya secara legal, atau memberinya dukungan di Trakteer.

Mereka adalah orang-orang yang memiliki ikatan emosional dengan karya kreatornya. Membangun ikatan ini bukanlah hal yang mudah, karena mereka mendapatkan value dari karya, yang dirasakan secara personal dalam dirinya. Value yang dimaksud bisa mencakup banyak hal, yaitu pesan-pesan positif dan bermanfaat, yang disematkan pada setiap karya yang kita buat.

6. Kurang sabar

Setiap karya memiliki waktunya masing-masing. Jangan terburu-buru, gunakanlah momen yang tepat untuk mempublikasikan karyamu. Jangan menghabiskan stok kontenmu dalam waktu singkat hanya karena tidak sabar menunggu. Perbaiki jadwalmu dalam menerbitkan konten, dan pastikan tema dari konten yang kamu bawakan "aman" dan siap untuk diterima oleh masyarakat untuk mencegah datangnya stigma negatif yang dapat mencederai persona kamu sebagai kreator.

Selain timing penerbitan, kesabaran juga diperlukan dalam menumbuhkan basis penikmat karyamu. Konsisten dalam menerbitkan konten, bereksperimen dengan ide-ide baru, dan menyematkan nilai-nilai positif dalam setiap karyamu adalah hal yang perlu dijalani secara sabar. Karena tidak ada hasil yang instan, kecuali untuk mereka yang benar-benar beruntung, itu pun belum tentu bisa bertahan lama, jika kreator beruntung itu belum benar-benar matang dan siap.

7. Konten kurang variatif dan terlalu repetitif

Satu waktu buatlah konten dengan pola yang berbeda, berikan elemen kejutan agar penikmat karyamu tidak jenuh. Buat variasi konten dengan pendekatan yang berbeda tanpa mengubah identitas karya itu sendiri. Variasi dari konten ini bermanfaat untuk memperluas audiensmu, sehingga dapat menyentuh segmen pasar yang lebih luas.